.

Yang Terbaru

Dua Jenis Manusia yang Menjadi BALA (Bencana) Dalam Dakwah

Fadhilatu asy-Syaikh al-Allamah ‘Ubaid bin ‘Abdillah al-Jabiri –hafidzahullah wa ra’ah– berkata :
“Di antara wasiat-wasiat Muhammad shallallahu alihi wa sallam yang dinukilkan secara benar/shahih dari beliau, bahwa beliau shallallahu alihi wa sallam bersabda :
“Seseorang di atas agama teman dekatnya, maka lihatlah siapa yang menjadi teman dekatnya˝.
Semakna (dengan wasiat Nabi ini,-pen) – dan saya mengira ini memetik dari wasiat Nabi- ialah ucapan Ibnu Sirin –rahimahullah–,
“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil/mempelajari agama kalian˝.
Hadits dan atsar tersebut sebagai peringatan atas wajibnya berwaspada dari dua jenis manusia yang menjadi BALA’ dalam dakwah!
1. Jenis yang pertama; ORANG-ORANG JAHIL (tidak berilmu) yang bermunculan di medan (dakwah), (dalam keadaan,-pen) mereka tidak memiliki ilmu tentang syariat Allah yang dengannya dia bisa memerintahkan (yang ma’ruf,-pen) dan melarang (dari yang munkar,-pen). Namun yang menjadi landasan mereka ialah kisah-kisah, hikayat, hadits-hadits palsu/dha’if, atau pendapat yang dibanggakan (dengan sombong) padahal bertentangan dengan dalil.
2. Jenis yang kedua; PARA DA’I SESAT, AHLUL BID’AH, AHLUL AHWA’, yang mengikrarkan kebid’ahan mereka, menetapkan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip buatan diri mereka sendiri, dan mereka tidak memiliki bukti/dasar (atas kaidah-kaidah dan prinsip buatan mereka itu), baik dari al-Kitab (al-Qur’an) maupun as-Sunnah.
Kedua kelompok tersebut sesat menyesatkan dan merusak.
Yang pertama; Kesesatannya karena kebodohan.
Yang kedua; Allah sesatkan di atas ilmu.
Alangkah bagusnya apa yang diucapkan oleh Sufyan ats-Tsauri atau yang lain –rahimahumullah–,
“Siapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah, maka padanya kemiripan dengan kaum Nashara. Siapa yang rusak dari kalangan orang yang punya ilmu, maka padanya kemiripan dengan kaum Yahudi.”
Faidah ini dikutip dari syarh beliau –hafizhahullah– terhadap risalah “Nawaqidhul Islam”, pelajaran keempat.
Sumber: http://ar.miraath.net/fawaid/7161
Majmu’ah Manhajul Anbiya