.

Yang Terbaru

Syi’ah dan Al Quran Al Karim


Syi’ah dan Al Quran Al Karim
Al-Ustadz Abu Muawiyah Askari bin Jamal
Telah disepakati oleh kaum muslimin bahwa Allah Subhanahu wata’ala senantiasa menjaga al-Qur’an al-Karim dari berbagai upaya yang hendak mengubah dan menyusupkan ke dalam al-Qur’an sesuatu yang tidak termasuk dari al- Qur’an al-Karim tersebut. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (al-Hijr: 9)
Bahkan, Allah Subhanahu wata’ala menantang seluruh manusia untuk mendatangkan satu surat seperti yang difirmankan Allah Subhanahu wata’ala di dalam al-Qur’an,
وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ  فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا وَلَن تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), datangkanlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Jika kamu tidak dapatmendatangkan(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat mendatangkan(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (al-Baqarah: 23—24)
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah, “(Kalau benar yang kamu katakan itu), cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapasiapayang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Yunus: 38)
Maka dari itu, siapa yang berusaha meragu-ragukan keotentikan al-Qur’an al-Karim, sungguh ia telah keluar jauh dari Islam meskipun masih mengaku sebagai seorang muslim. Sebab, tidak mungkin ada seorang yang masih menjadi muslim sementara dia ragu terhadap kebenaran al-Qur’an sebagai wahyu Allah Subhanahu wata’ala yang terpelihara dan terjaga. Namun, pemeluk agama Syiah berusaha memadamkan cahaya Islam dengan lisan dan tulisan mereka yang meragu-ragukan keotentikan al-Qur’an al-Karim. Mereka melemparkan tuduhan dusta dan penuh fitnah terhadap pedoman utama Islam, al-Qur’an al-Karim. Mereka anggap telah terjadi perubahan dan pengurangan di dalamnya. Mereka mengatakan pula bahwa al-Qur’an yang sempurna berada di tangan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, lalu diwariskan kepada para imam setelahnya, yang menurut mereka sekarang ini ada di tangan Imam Mahdi yang selalu mereka tunggu. Hal ini sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pembesar-pembesar Syiah Rafidhah dalam kitab-kitab mereka. Di antara yang menunjukkan hal tersebut adalah:
  • Dalam kitab al-Kafi karya Muhammad Ya’qub al-Kulaini—yang bagi kaum Syiah kedudukannya seperti kitab Shahih al-Bukhari bagi kaum muslimin—, al-Kulaini meriwayatkan dari jalur Hisyam bin Salim, dari Abu Abdillah Ja’far as-Shadiq, ia berkata,
أَنَّ الْقُرْآنَ الَّذِي جَاءَ بِهِ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ إِلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ سَبْعَةَ عَشَرَ أَلْفِ آَيَةٍ
“Sesungguhnya al-Qur’an yang dibawa oleh Jibril ‘Alaihisslam kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam berjumlah 17.000 ayat.”(Ushul al-Kafi, karya al-Kulaini, Kitab Fadhlul Qur’an, bab an-Nawadir, 2/134)
Para ulama Syiah menyatakan riwayat mereka ini sahih. Al-Majlisi berkata, “Berita ini sahih.” (Mir’atul Uqul Syarah al-Ushul wal Furu’, 2/536) Pengarang kitab asy-Syafi Syarah Ushul al-Kafi berkata, “Berita ini dibenarkan seperti sahih.” (7/227) Sementara itu, kita mengetahui bahwa jumlah ayat al-Qur’an hanya enam ribu lebih. Artinya, hampir dua pertiga bagian yang hilang dari al-Qur’an, menurut ajaran kaum Syiah. Keyakinan adanya perubahan al- Qur’an tersebut dikuatkan lagi oleh riwayat yang disebutkan oleh al-Kulaini dalam al-Kafi (1/457), dari Abu Bashir, dari Abu Abdillah (Ja’far ash-Shadiq, -red.)  ia berkata, “Sesungguhnya kami memiliki mushaf Fatimah. Tahukah mereka, apa itu mushaf Fatimah?” Aku bertanya, “Apa itu mushaf Fatimah?” Ia menjawab, “Mushaf Fatimah dibandingkan Qur’an kalian ini lebih banyak tiga kali lipat. Demi Allah, tidak ada satu huruf pun seperti yang terdapat dalam Qur’an kalian.” Aku menjawab, “Demi Allah, ini adalah ilmu.”
  • Muhammad Shalih al-Mazindarani berkata, “Sesungguhnya ayat-ayat al- Qur’an yang berjumlah enam ribu lima ratus, dan selebihnya telah hilang karena terjadinya tahrif (perubahan).” (Syarah Jami’ alal Kafi, 11/76)
  • Al-Majlisi berkata setelah menyebutkan riwayat diatas , “Sesungguhnya berita ini, dan masih banyak lagi berita yang sahih, dengan jelas menyebutkan terjadi kekurangan dan perubahan pada al-Qur’an. Menurut saya, berita-berita dalam bab ini mutawatir secara makna.” (Mir’atul ‘Uqul, 12/525)
  • Syaikh al-Mufid berkata, “Sesungguhnya terdapat berita-berita yang masyhur, diriwayatkan dari para imamul huda dari keluarga Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, tentang adanya perubahan al-Qur’an dan apa yang dilakukan oleh beberapa orang zalim yang menghapus dan mengurangi al-Qur’an.” (Awa’il al-Maqalat, hlm. 91)
  • Abul Hasan al-Amili berkata, “Ketahuilah, kebenaran yang tidak dimungkiri berdasarkan berita mutawatir yang akan disebutkan dan berita lainnya, bahwa telah terjadi perubahan pada al- Qur’an yang ada di tangan-tangan kita sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang-orang yang mengumpulkannya setelah wafat beliau, menghilangkan banyak kata dan ayatnya.” (Muqaddimah kedua dalam tafsirMiratul Anwar wa Misykatul Asrar hlm. 36)
  • Ni’matullah al-Jazairi berkata, “Sesungguhnya menerima pernyataan mutawatir-nya wahyu ilahi dan menetapkan bahwa seluruhnya telah turun dibawa oleh Ruh al-Amin (Jibril, -pen.) akan menyebabkan ditolaknya berbagai riwayat yang masyhur, bahkan mutawatir, yang menunjukkan dengan jelas tentang terjadinya perubahan dalam al-Qur’an, baik ucapan, kata-kata, maupun i’rabnya. Sementara itu, para sahabat kami telah sepakat akan keabsahan dan kebenaran riwayat-riwayat tersebut.” (al-Anwar an-Nu’maniyah, 2/357)
  • Mulla Muhsin al-Kasyi Muhammad bin Murtadha mengatakan dalam mukadimah tafsirnya, ash-Shafi(1/32), setelah menyebutkan beberapa riwayat yang menerangkan adanya perubahan dan kekurangan al-Qur’an, “Kesimpulan dari seluruh berita ini dan yang lainnya dari berbagai riwayat yang berasal dari jalur keluarga Nabi alaihimus salam, al- Qur’an tidak lagi sempurna sebagaimana yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Di antaranya justru ada yang menyelisihi apa yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wata’ala, ada pula yang telah diubah, dan banyak yang dihapus. Di antara yang dihapus ialah penyebutan nama Ali dalam banyak tempat, lafadz ‘keluarga Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam’ tidak hanya sekali, dan nama-nama orang munafik di beberapa tempat, dan lainnya. Selain itu, susunannya tidak sesuai dengan susunan yang diridhai oleh Allah Subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya. Ini pula pendapat Ali bin Ibrahim al-Qummi.”
  • Menurut kaum Syiah, tidak ada yang dapat mengumpulkan seluruh al- Qur’an selain Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Disebutkan dalam kitab al-Kafi karya al-Kulaini (1/441), dari Jabir berkata, “Aku mendengar Abu Ja’far berkata, ‘Tidak ada seorang pun yang mengaku bahwa dia telah mengumpulkan seluruh al-Qur’an sebagaimana turunnya kecuali pendusta besar. Tidak ada yang bisa mengumpulkan dan menjaganya sebagaimana yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wata’ala, selain Ali bin Abi Thalib  dan para imam setelahnya’.”
  • Bahkan, pada masa ini, salah seorang tokoh Rafidhah yang bernama Husain ath-Thabarsi menulis sebuah risalah yang ia beri judul Fashlul Khithab fi Tahrif Kitab Rabbil Arbab. Seluruhnya membahas tentang bukti-bukti—menurut versi kaum Syiah—yang menunjukkan perubahan al-Qur’an. Berikut ini beberapa contoh yang disebutkan dalam kitab-kitab kaum Syiah yang menuduh adanya perubahan dalam al-Qur’an—yang justru itu adalah ayat-ayat palsu Syiah.
  • Al-Kulaini meriwayatkan dalam kitabnya, al-Kafi (2/372), dari Abu Bashir, dari Abu Abdillah ketika menyebut firman Allah Subhanahu wata’ala (al-Ahzab: 71),
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فِي وِ يَالَةِ عَلِيٍّ وَوِ يَالَةِ الْأَئِمَّةِ مِنْ بَعْدِهِ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam hal kekuasaan Ali dan kekuasaan para imam setelahnya, sungguh dia telah menang dengan kemenangan yang besar.”
Ia berkata, “Demikianlah ayat ini diturunkan.”
  • Al-Kulaini meriwayatkan dalam al-Kafi (2/379), dari Abdullah bin Sinan, dari Abu Abdillah q ketika menyebut firman Allah Subhanahu wata’ala (Thaha: 115),
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِنْ قَبْلُ كَلِمَاتٍ فِي مُحَمَّدٍ وَعَلِيٍّ وَفَاطِمَةَ وَالْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ وَالْأَئِمَّةِ مِنْ ذُرِّيَّتِهِم فَنَسِيَ
“Sungguh Kami telah menetapkan janji kepada Adam dari sebelumnya beberapa kalimat untuk Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan, Husain, dan para imam dari keturunannya, lalu dia lupa.” Abu Abdillah berkata, “Demi Allah, demikianlah ayat ini turun kepada MuhammadShallallahu ‘alaihi wasallam.”
  • Al-Kulaini meriwayatkan dalam al-Kafi (2/383), dari Muhammad bin Sinan, dari ar-Ridha  dalam menyebut firman Allah Subhanahu wata’ala(asy-Syura: 13),
كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ بِوِ يَالَةِ عَلِيٍّ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ يَا مُحَمَّدُ مِنْ وِ يَالَةِ عَلِيٍّ
“Alangkah beratnya bagi kaum musyrikin terhadap kepemimpinan Ali, apa yang engkau ajak mereka, wahai Muhammad, yaitu kepemimpinan Ali.”
Ia berkata, “Demikianlah yang terpelihara dalam al-Kitab.” Sungguh, masih banyak lagi tuduhan yang disebutkan dalam kitab-kitab kaum Syiah bahwa al-Qur’an yang ada di tangan kaum muslimin sekarang ini telah berubah. Memang benar, di antara ulama Syiah ada yang mengingkari terjadinyaperubahan dan pengurangan di dalam al-Qur’an al-Karim. Di antara yang mengingkari adanya perubahan al- Qur’an adalah salah satu tokoh Syiah yang hidup di abad ke-4, seorang ahli hadits Syiah yang digelari ash-Shaduq. Iabernama Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih al-Qummi. Kaum Syiah menyebutnya sebagai “pemimpin para ahli hadits” (wafat 381 H). Ia berkata, “Keyakinan kami terhadap al-Qur’an bahwa apa yang ada di antara dua sisinya, itulah yang ada di tanganmanusia dan tidak lebih dari itu. Barang siapa menisbatkan kepada kami bahwa kami mengatakan al-Qur’an lebih dari yang ada, dia telah berdusta.” (al- I’tiqadat li ash-Shaduq, dari Kitab Muhsin al-Amin, hlm. 161. Lihat Mas’alatu at-Taqrib Baina Ahlis Sunnah wa asy- Syiah, hlm. 183)
Ucapan ash-Shaduq ini telah menggugurkan tuduhan sekian banyak tokoh Syiah yang menetapkan adanya perubahan di dalam al-Qur’an, seperti al-Kulaini, Ibrahim al-Qummi, al- ‘Ayyasyi, dan lainnya. Ucapan ini memang mengandung salah satu dari tiga kemungkinan:
  1. Riwayat – riwayat yang menyebutkan adanya perubahan al- Qur’an adalah riwayat-riwayat palsu yang disusupkan ke dalam kitab-kitab Syiah tersebut oleh kaum zindiq (munafik) untuk merusak keyakinan mereka. Jika demikian, ini berarti bahwa kitab-kitab kaum Syiah tidak bisa dijadikan sebagai rujukan karena telah disusupi banyak riwayat palsu sehingga tidak lagi terpelihara. Anehnya, mereka justru menganggap kitab-kitab tersebut sebagai kitab-kitab yang sahih. Kedudukannya sepertiShahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari kitabkitab hadits kaum muslimin. Anehnya lagi, mayoritas kitab Syiah yang menjadi rujukan mereka menyebutkan berita tentang adanya perubahan pada al- Qur’an.
  2. Ucapan ash-Shaduq ini hanyalah taqiyah untuk menyembunyikan keyakinannya di hadapan kaum muslimin. Inilah yang dijelaskan oleh Syaikh Rafidhah, Ni’matullah al-Jazairi. Ia berkata, “Ya, pendapat ini diselisihi oleh al-Murtadha, ash-Shaduq, dan Syaikh Thabarsi. Mereka menghukumi bahwa apa yang ada di antara dua sisi mushaf, itulah al-Qur’an yang diturunkan, tidak ada yang lainnya, dan tidak terjadi perubahan dan pengurangan…. Yang tampak, ini mereka ucapkan dengan tujuan mendapat kemaslahatan yang banyak. Di antaranya, menutup pintu celaan terhadapnya, bahwa jika hal ini bisa terjadi pada al-Qur’an, lantas bagaimana mungkin kaidah dan hukum al-Qur’an diamalkan padahal telah terjadi perubahan di dalamnya…. Sebab, jika tidak (dibawa kepada pemahaman seperti ini), para tokoh ini telah meriwayatkan sedemikian banyak riwayat dalam karya mereka tentang terjadinya perubahan di dalam al-Qur’an dan bahwa ayat ini diturunkan demikian lalu diubah.” (al-Anwar an-Nu’maniyah, 2/357—358).
  3. Ash-Shaduq telah nyeleneh karena berpendapat menyelisihi ijma’ kaum Syiah yang menetapkan adanya perubahan dalam al-Qur’an. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang tokoh mereka, Ni’matullah al-Jazairi. Ia berkata, “Sesungguhnya pendapat yang mengatakan bahwaal-Qur’an terjaga dan terpelihara akan menyebabkan dibuangnya berita-berita yang masyhur, bahkan mutawatir, yang dengan jelas menunjukkan terjadinya perubahan pada al-Qur’an…. Padahal para sahabat kami—semoga Allah k meridhai mereka—telah sepakat tentang keabsahan dan kebenarannya.” (al-Anwar an-Nu’maniyah, Ni’matullah al-Jazairi, 2/357—358).