HALABIYUN & JARINGAN TAKFIRI BA’ASYIRI
HALABIYUN ABDULLAH HADRAMI BERSAMA IKHWANI-TAKFIRI BA’ASYIRI NII BAHU MEMBAHU MENDUKUNG BUKU ABDUH ZA al-IKHWANI YANG MEMBELA BUKU TERORIS TAKFIRI IMAM SAMUDRA & MENCERCA BUKU MAT YANG MEMBANTAH & MENELANJANGI KESESATAN IMAM SAMUDRA
Sedikit mengenal bintang tamu kita saat ini [terakhir melakukan cercaan dan tuduhan khabits terhadap Salafiyin demi pembelaannya terhadap Ikhwanul Muslimin & Jama’ah Tabligh], berikut beberapa tokoh yang diakuinya, di dalam situs resminya:
Gambar 25. Kemuliaan Gembong Sururi Internasional dan Mubtadi’ Ali Hasan cs dipamerkan kepada segenap pengunjung situsnya.
Berikut ini bukti persekongkolan Halabiyun bersama Ikhwani dan Takfiri NII dalam mempromosikan dan membela buku Siapa Teroris Siapa Khawarij yang membela buku Aku Melawan Teroris karya Teroris Takfiri Imam Samudra yang telah dieksekusi mati oleh pemerintah RI dan dibongkar kesesatan dan penyimpangannya oleh al ustadz Luqman di dalam buku Mereka Adalah Teroris.
Gambar 26. Pengumuman bedah buku karya Abduh ZA al-Ikhwani yang membela buku teroris Imam Samudra Berikutnya adalah sebagian transkrip dan bukti audio di dalam bedah buku tersebut.
Bismillahirrahmanirrahim.
Saudaraku kaum muslimin, kami tampilkan fakta betapa Abduh Zulfidar Akaha, Halawi Makmun (Ketua Penerapan Syariat Islam Majelis Mujahidin) [1] dan da’i Malang, Abdullah Hadrami [2] berpadu dalam acara Bedah Buku “Nasional Siapa Teroris? Siapa Khawarij?.“.
Dalam acara bedah buku “SIAPA TERORIS?SIAPA KHAWARIJ? Ahad, 03 September 2006 – di Widyaloka Convention Hall Universitas Brawijaya, Malang, pembicara Abduh Zulfidar Akaha [3], Lc., Abdullah Shaleh Hadromy dan Halawi Makmun, Lc.,MA – telah berkoalisi, bersatu padu melakukan serangan-serangan keji terhadap Salafush Shalih, Salafiyyin dan dakwahnya. Pemandu acara-pun tidak ketinggalan untuk turut serta dalam acara ini (bukti rekaman suara ada pada kami). Diantara ucapan-ucapan nyeleneh mereka sbb : (beberapa pernyataan mereka telah kami berikan footnote, semoga bermanfaat) :
Pemandu acara (Jalaluddin) :
”…Rekan-rekan yang kami hormati dan kami cintai, ustadz Zulfidar, Zulfidar Akaha, ustadz Abdullah Hadrami dan ustadz Halawi Makmun dan juga asatidz di sini. Asatidz dan Masyayikh….dan juga ikhwan dan akhwat yang dimuliakan Allah , pagi ini ada acara yang sangat menarik dan yang kita nanti-nanti, bedah buku nasional Siapa Teroris Siapa Khawarij. Acara ini sangat penting karena yang pertama adalah kita mencoba untuk merubah kebiasaan kita dalam belajar. Saya melihat banyak orang yang semangat belajar tapi yang dikaji itu tidak sembarang kitab. Judul kitabnya itu Kitab Fathul Jare (Jare, bhs Jawa artinya ‘katanya’,red), Fathul Jare. Katanya, jare ustadz ini, jare ustadz itu (he..he..he-hadirin tertawa). Sehingga yang terjadi adalah apa yang dikatakan oleh Salaf adalah kebenaran mutlak, kemudian disebarluaskan…
Hadirin rahimakumullah, perlu kami informasikan bahwa sebetulnya panitia menyampaikan, ee…, panitia sudah berusaha mengundang ustadz Luqman Ba’abduh secara langsung, tapi beliau tidak bisa hadir dengan 2 alasan yang disampaikan kepada saya.
Alasan yang pertama, beliau lagi sibuk mempersiapkan buku berikutnya yang akan membantah ini (he..he.he-tertawa) dan nanti juga mungkin akan ada acara bedah buku nasional lagi…
Kemudian yang kedua, beliau tidak hadir karena yang menjadi penengah bukan Syaikh, yang jadi penengah ustadz-ustadz. Saya nggak tahu kenapa beliau membedakan antara ustadz dengan Syaikh. Kalau di Timur Tengah, ustadz itu bermakna Profesor, ustadz Abdullah Hadrami dia… Profesor Abdullah Hadrami, ustadz Halawi beliau adalah Profesor Halawi. Itu sah-sah saja beliau membuat definisi yang berbeda terkait dengan ustadz dengan syaikh, walaupun juga saya punya definisi yang lain terkait antara Syaikh dan ustadz ini. Disebut ustadz itu kalau istrinya baru satu, seperti ustadz Abdullah Hadrami, Halawi (he..he..he-tertawa bersama hadirin). Syaikh itu kalau istrinya dua (he..he..he-tertawa bersama hadirin), kalau istrinya tiga itu Syaikhul Kabir (he..he..he-tertawa bersama hadirin), kalau istrinya empat itu Syaikhul Akbar. Kalau istrinya lima itu Syaithon (he..he..he-tertawa bersama hadirin), menyelisihi, menyalahi syari’at[4].
”Dan sebagai pembanding kita (Abdullah Hadrami-red) bukan sembarang ustadz, beliau adalah Ustadzun wa Syaikhun sekaligus. Disebut ustadz karena baru satu dan disebut juga Syaikh karena mau dua (ha..ha..ha-hadirin tertawa).
Ikhwati fillah rahimakumullah…
Saya kira kita yakin bahwa yang hadir dihadapan kita, baik ustadz Abduh, ustadz Abdullah Hadrami dan ustadz Halawi, beliau adalah orang-orang yang sangat kompeten berbicara tentang persoalan yang akan kita bahas pada pagi hari ini dan dari sisi kapasitas keilmuan beliau sangat luar biasa. Dan kita selama ini juga banyak mengikuti taklim-taklim beliau dan juga kajian-kajian yang beliau sampaikan dan saya yakin… kamipun dianggap sebagai ustadz tapi kita yakin kapasitas keilmuan beliau semua di sini tidak kalah dengan Syaikh…”
Abduh ZA:
“…Kemudian muncullah doktor Muhammad Aman al-Jami ini rahimahullah dengan kelompoknya. Mereka mewakili suatu kelompok baru yang berbeda dengan Hai’ah Kibarul Ulama dan berbeda pula dengan kelompok yang sama sekali menentang pemerintah.
Jadi kalau misalnya sebagian tokoh-tokoh pada waktu itu seperti Syaikh Safar bin Abdurrahman Al-Hawali, Syaikh Salman bin Fahd al-Audah, Syaikh doktor Sulaiman bin Nashir al-Umr, – termasuk yang kemarin kesini – Syaikh Aidh bin Abdillah al-Qarni dan kawan-kawannya termasuk tokoh-tokoh muda terutama Syaikh Salman dan Syaikh Safar yang mereka bicara politik cukup keras, itu tokoh-tokoh mudanya para ulama – mereka pada waktu itu sudah doktor – gencar menolak kedatangan pasukan asing tentara Amerika ini ke jazirah Arabia.
Nah ini kelompok pertama yang Hai’ah Kibarul Ulama kan berada di tengah-tengah, muncul kelompok lagi yang Muhammad Aman Jami dan Syaikh Rabi’ ini kelompoknya untuk mewajibkan mengikuti apapun kata penguasa…Yang tidak mau taat atau memprotes dikatakan sebagai Khawarij. Munculllah kemudian istilah mereka ini kelompok yang dalam salah satu ..formasinya dikenal dengan Khawarijul ma’ad du’at, Murji’atu ma’al hukkam, rafidhatu ma’al jama’ah, Qadariyatul ma’al Yahudi wan nashara wal kuffar[15], mereka bersikap Khawarij terhadap para du’at, para da’i, para mubaligh, para ulama, merekapun Murji’ah pada penguasa dan mereka bersikap Rafidhah…terhadap Jama’ah-jama’ah Islamiyah dan Qadariyatul ma’al Yahudi wan nashara wal kuffar, mereka sifatnya Qadariyah, pasrah terhadap persoalan yang ditimbulkan orang-orang yahudi, orang-orang Nasrani dan orang kafir. Makanya jangan heran dalam kasus Palestina, kasus Iraq, Israel [16], Palestina atau kemarin ini Libanon, meskipun mereka itu keras terhadap Yahudi dan orang kafir tapi tindakan nyatanya tidak. Faktanya untuk terjun bebas… itu tidak seperti itu. Mereka menganggap kita masih lemah, kita … sehingga jihadpun menjadi dimatikan selama, baru boleh berjihad kalau ada Imam. Ya, kapan kita punya khalifah, punya amirul mukminin, ya… ? Ya, kalau misalnya jihad harus menunggu Imam yang membawahi umat Islam seluruh dunia, ya tidak akan ada jihad…..”
Halawi Makmun:
“…sehingga banyak yang diyakini oleh orang-orang karena kebetulan yang menyampaikan juga kayak Syaikh Rabi’ dan sebagainya, maka dalam tataran seperti mahasiswapun banyak yang terlibat dan banyak yang mempercayainya tanpa menggunakan logikanya, tanpa menggunakan akal untuk berpikir. Kalau Rabi’ dan sebagainya itu kan manusia! Manusia! Yang bisa jadi mereka juga diperalat! Oleh Yahudi dan lain sebagainya![22] Sekarang kalau anda berfikir, Amerika itu nggak pernah bisa sampai kepada tanah haram, itu wujud fisiknya. Tetapi pemikirannya bisa sampai ke sana, dibuat satu fitnah seakan-akan di Mekkah itu ada teroris lalu tentara Saudi obrak-abrik suruh kejar teroris lalu terjadi tembak-menembak di tanah Haram dan itu sebetulnya merupakan pikiran orang kafir…[23]
Nah inilah yang disebut dengan ta’ashub, fanatik buta sehingga orang ketika bertindak semacam itu maka dia akan mencintai orang itu walaupun bertentangan dengan nash. Dia merasa marah kalau Syaikhnya dihina, walaupun syaikhnya bertentangan dengan al-Qur’an. Dia akan marah ketika syaikhnya dihina. Inilah sebetulnya bukan sifat Salafushshaleh, bukan sifat Ahlus Sunnah wal Jama’ah ketika ta’ashub kepada seorang Syaikh. Ta’ashub kepada masyayikh itu tidak ada di dalam Kitabullah tapi mereka melakukannya. Sehingga apa kata Syaikh mereka itu diterima. Tetapi kalau Syaikh yang lain walau lebih alim daripada Syaikh mereka, maka tidak mau, menolaknya dan ini sifat Yahudi itu[24]seperti itu…
Jadi kata Khawarij itu tidak tepat, maka ketika mengqiyaskan itu batil karena tadi berangkat dari kejahiliyyahan mereka[25]. Mereka sering berbicara yang tidak didasarkan kepada perkara keilmuan, pada ilmu. Ana tidak tahu apakah mereka juga sering membuka diskusi-diskusi terbuka dengan orang-orang terpelajar karena biasanya yang ada dalam forum seperti ini akan terjadi pertanyaan-pertanyaan ilmiah. Ana belum tahu apakah mereka suka mengadakan seperti itu atau mengadakan dengan masyarakat umum yang memang mudah untuk ditekan untuk tidak bertanya apa-apa, menerima saja, mau salah, mau bener seperti botol-botol kosong, ketika diisi terus saja, diisi walaupun sudah ndak muat isiannya itu.
Biasanya seperti itu, sehingga ketika ada orang bahkan mahasiswa sekalipun, bahkan orang yang badannya kekar sekalipun, bila masuk pada kelompok ini menjadi loyo, menjadi tidak ada semangat dalam membela Islam itu. Cuma yang ditonjolkan sifat-sifat lahiriahnya, jenggotnya katakanlah dua meter setengah (he..he..he-hadirin tertawa), pakai baju koko, pakai celana setengah betis sehingga kalau pake celana dengan kasut itukayak anak umur empat tahun (he..he..he-hadirin tertawa lagi) yang beli baju untuk lebaran, kan begitu. Iya nggak?[26] Maka seperti itu.
…justru kelompok ini menganggap jihad itu sebagai musuh, sebagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan manhaj Salaf[27]. Sebuah dari sini saja kita sudah bisa menilai bahwa mereka sudah, sudah sirnalah hakekatnya, sudah keliru, sudah total itu… …bahkan oleh karena itu kita kadang-kadang bingung memberikan gelar bagi mereka atau sebutan bagi mereka… Perandaian saja..kalau kita menyebutkan apakah mereka ini tersusupi oleh Yahudi dan lain sebagainya itu sulit, tetapi pada kenyataannya semua langkah, gerakan dan ucapan tokoh mereka membuat Yahudi pada seneng, membuat orang Yahudi pada tertawa, dari sikap dan tindakan mereka itu[28].
Seperti contoh kasus tentang istimata, tentang istimata bom syahid, ya ini jangan dikaitkan pemerintah, karena pemerintah ini sekarang sedang mencari-cari orang yang “bom syahid” itu sangit, ditangkap aja itu bukan melegalkan tindakannya bom meledak di Bali. Ya, ini sebatas pengetahuan.
Istilahnya bom syahid itu kayak bom mati…orang mati bunuh diri itu-kan orang putus asa, putus asa punya utang gak bisa bayar-bayar, tiap hari ditagih teruus… (he..he..he- hadirin tertawa), iya kan? Atau orang yang tidak mampu menghadapi dunia inilah, daripada pusing dia naik pohon kelapa atau naik tiang listrik lalu kesetrum mati, yang mati dia, yang lain nggak kena mati. Ini dari segi ini membedakan. Orang syahid itu tidak, orang syahid…ia ingin menegakkan agamanya. Yang aslinya, dia tidak mau mati [29], tetapi terpaksa harus mati dengan musuh dan ternyata cara ini efektif untuk bisa menggoyahkan kekuatan musuh. Sehebat apapun teknologi yang dia miliki, termasuk Israel itu paling takut dengan tindakan semacam ini.
Lalu ada orang yang katanya muslim gembor-gembor bahwa tindakan ini adalah bunuh diri, otomatis Israel itu senang …dan ternyata cara ini efektif. Musuh itu gonjang-ganjing, musuh itu ketakutan[30], lha ini menganggap itu perbuatan salah, dianggap mati bunuh diri. Nah seperti itu…”
Demikianlah hujatan-hujatan Ikhwani Takfiri terhadap Sunnah dan Ahlussunnah, bahkan ulamanya. Lalu datanglah giliran orang ini yang mengaku sebagai murid Syaikh Utsaimin rahimahullah, bukan membantah hujatan-hujatan di atas, namun melemparkan bom-bom jahatnya terhadap Ahlussunnah, membela orang-orang Teroris Takfiri Khawarij yang telah dibela oleh kawan-kawannya di atas. Allahul musta’an.
Abdullah Hadrami:
Pujian Abdullah Hadrami terhadap buku Abduh ZA al Ikhwani yang membela buku teroris Khawarij Imam Samudra:
download di sini
Buku MAT yang membongkar penyimpangan Teroris Khawarij Imam Samudra dan para tokoh panutannya adalah bentuk ghibah terhadap ulama, sikap yang salah yang tidak boleh ditiru celetuk Abdullah Hadrami:
download di sini
Gambar 27. Ternyata, yang mereka anggap sebagai ulama adalah para ‘ulama gadungan’ yang memiliki pemikiran Khawarij, Quthbi, Ikhwani seperti Salman al-‘Audah, Sulaiman al-‘Ulwan, Ibrahim ad-Duwaisy, Sa’id bin Musfir, Yusuf al-Qardhawi, dan yang semisal mereka.
Kemurkaan Abdullah Hadrami karena para teroris Khawarij pelaku bom bunuh diri diberi julukan mati konyol:
download di sini
Gambar 28. Oleh karena itu, kami menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh sebagian orang dengan tindakan bunuh dirinya, adalah membunuh jiwa tanpa hak dan menyebabkan masuknya ke dalam neraka,wal-’iyadzu billah. Pelakunya bukanlah syahid.
“…yang jadi masalah sekarang ini kelompok yang menyatakan diri mereka Salafi dan dengan seenaknya memasukkan orang, dengan seenaknya mengeluarkan orang, yang sama saya Salaf, tidak sama saya bukan Salaf, seakan-akan itu perusahaan dengan saham yang mereka kuasai seperti itu, ini nggak benar, tidak dibenarkan. Apalagi saling menyesatkan diantara mereka, membid’ahkan, memfasiqkan dan yang lain-lainnya, memberikan gelar-gelar yang buruk, seperti al-kadzdzab, al-pramuki atau dan yang lain-lain. Lha itu bukan Salaf dalam arti kembali kepada Salafush shalih. Itu Salaf dalam arti kelompok, hizbi, itu hizbi dan kita tidak meragukan lagi tentang hal itu[32], ini penting definisi ini…
Kemudian ikhwan wa akhwati rahimakumullah, kalau saya membaca buku ini “Siapa Teroris dan Siapa Khawarij” dan juga buku yang dibantah “Mereka Adalah Teroris”, maka saya mendapatkan buku itu jauh dari Salaf terutama dari segi akhlaq, akhlaq[33]. Seseorang yang aqidahnya benar itu akhlaqnya akan baik, itu otomatis. Jadi tidak ada istilah yang penting aqidahnya sementara akhlaqnya jelek. Kalau ada orang mengatakan yang penting aqidahnya sementara akhlaqnya jelek berarti aqidahpun juga belum benar. Karena ada keterikatan yang sangat kuat antara aqidah dengan akhlaq… Nah kalau memang seseorang itu mengaku dirinya sebagai Salaf, ya tentu akhlaqnya akhlaq Salaf, apalagi akhlaq terhadap para ulama.
Ikhwan wa akhwati rahimakumullah, masalah ini sangat penting dan kita sekarang ini krisis akhlaq, terutama yang kami sesalkan orang itu semakin lama ngaji, semakin banyak khatam kitab, itu ternyata bukan semakin baik akhlaqnya, tetapi semakin buruk akhlaqnya, ini mushibah.
Sampai-sampai kadang kita berpikir lebih baik jadi orang awam saja, gak usah jadi orang pinter, kalau memang setelah pinter akhlaqnya malah jelek. Yang kasihan itu masyarakat umum, akhirnya mereka punya penilaian inikah orang beragama? Akhirnya merekapun meninggalkan agama, tidak mau dengan agama gara-gara akhlaq mereka yang buruk. Mereka beranggapan semakin orang beragama semakin kasar, semakin buruk akhlaqnya, kemudian semakin gampang memvonis orang, memvonis ya.
Kalau antum baca di buku ini (Mereka Adalah Teroris-transkriptor), waduh ngeri, ngeri sekali, Allahu Akbar, luar biasa ya… Jadi orang-orang yang sudah meninggal diungkit-ungkit dituduh mati konyol macam-macam. Kalau ada orang mengatakan mati konyol, itu khusnul khatimah atau su’ul khatimah? Su’ul khatimah. Su’ul khatimah itu masuk mana? Neraka. Itu vonis masuk neraka, dan seorang muslim tidak boleh memvonis masuk neraka dan tidak boleh memvonis masuk surga, apalagi yang divonis itu orang-orang yang dikenal memperjuangkan Islam.[34]
Ikhwan wa akhwati rahimakumullah, yang jadi masalah lagi, sekarang bukan ngaku, saya kelompok ini, saya kelompok ini, saya kelompok ini, itu nggak laku sekarang. Kita sudah bosan dengan yang seperti itu. Kita sekarang butuh orang-orang yang memperjuangkan Islam wal Muslimin dan memberikan contoh perilaku yang baik[35]. Kalau hanya ngaku saja, teori, teori, teori tetapi prakteknya berbeda, apa artinya? Yang kita inginkan sekarang kita berjuang untuk Islam, untuk muslimin.
Kemudian juga kita berikan contoh perilaku yang baik. Syaikh Utsaimin rahimahullah pernah marah ketika di majelisnya ada yang mengatakan : ”Syaikh di majelis antum sekarang ada Salafi, ada Ikhwani, ada Tablighi”, beliau marah, kata beliau : ”Kullu al-Ikhwanul Muslimun, kita sama-sama saudara sama-sama Islamnya kita ini”. Beliau marah, nggak mau beliau, yang ada sesama muslimin[36]… Yang penting adalah kita memperjuangkan Islam, memperjuangkan kaum muslimin dan memberikan contoh perilaku yang baik. INI YANG PALING PENTING[37]. Kalau hanya ngaji, teori, teori, teori, tidak dipraktekkan bahkan orang-orang yang memperjuangkan Islam malah dihalang-halangi, ya apalah artinya ngaji seperti itu? Kalau ada orang ngaji, ya alhamdulillah, ya masya Allah, menuntut ilmu dapat barakah, dapat ilmu segala macam. Tapi salahnya mereka adalah ketika ada orang yang memperjuangkan Islam dihalang-halangi, dituduh macam-macam.[38] Kalau seandainya ada yang salah, mari diluruskan, diluruskan dengan sopan, dengan akhlaq cara-cara Islam, kita kembangkan dialog-dialog yang sangat adab, sangat akhlaq seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat…
Selanjutnya Ikhwan wa akhwati rahimakumullah, tentang memvonis orang, menvonis orang itu tidak gampang. Yang berhak memvonis hanya Allah saja…
Ikhwani wa akhwati rahimakumullah, ketika kita menginginkan sesuatu itu, kita perlu memikirkan dampak seperti buku-buku yang ditulis dengan kata-kata yang kasar. Mereka-mereka para ulama itu punya pengikut. Kalau pengikut merekanggak terima, nulis kitab juga akhirnya, apa yang akan terjadi? Kacau muslimin, yang jadi korban siapa? Yang jadi korban adalah kaum muslimin sendiri!![39] Tapi alhamdulillah, mereka-mereka, pengikutnya itu mungkin lebih berakal ya, sehingga gak mau jawab ya? Mungkin dengan bahasa-bahasa yang lebih sopan seperti buku “Siapa Teroris? Siapa Khawarij?”, saya seneng karena bahasanya sopan[40]…
Ikhwah wa akhwati rahimakumullah, sesungguhnya materi saya ini cukup panjang ya? Saya membawakan hadits-hadits kemudian juga ayat-ayat tentang akhlaqul karimah, tentang bahayanya ghibah, apalagi tentang bahayanya kita mencacat para ulama. Katakanlah misalnya ustadz Luqman ini mencacat para ulama seperti itu, kita jangan niru dia.[41] Jangan kesalahan dibantah dengan kesalahan, cukuplah mereka salah dan kita nggak usah ngikuti-ikut salah. Karena kalau kita nanti bantah dengan menghujat ulama-ulama juga[42], nanti kita sama dengan dia.
Kita maunya meluruskan, malah kita yang diluruskan. Jadi kita bantah ngikuti yang salah. Ghibah ini tidak gampang, ghibah ini luar biasa, apalagi mengghibah para ulama. Agama Islam ini mengajarkan kita menghormati para ulama[43]. Saya pernah tanya kepada Syaikh Utsaimin rahimahullah, alhamdulillah saya belajar di beliau empat tahun. Beliau adalah salah seorang Imam Ahlis Sunnah wal Jama’ah. Selama saya belajar kepada beliau tidak pernah menyebut fulan, fulan, fulan, kelompok ini, kelompok itu, nggak ada. Cuma beliau menjelaskan dengan santun, dengan baik dan semua orang mau kembali kepada kebaikan dengan cara yang beliau tempuh. Jadi bukan dengan membikin kacau, membuat diaduk kaum muslimin.[44]
…Ustadz Luqman ini salah, dan kita jangan ngikuti yang salah. Kita luruskan dengan cara yang benar…. Kepada para asatidz, semua ustadz saya harap tidak mengikuti caranya ustadz Luqman ya?[45]…
Sedikit keterangan tentang pengisi acara di atas
Pembaca yang budiman perlu mengetahui siapakah Halawi Makmun, sehingga dapat mengetahui dimanakah tempat duduknya. Halawi Makmun adalah ketua Departemen Penerapan Syariat dari organisasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), pimpinan Abu Bakar Ba’asyir. Abu Ba’asyir adalah rekan Abdullah Sungkar saat bersama-sama mewarisi pemikiran Kartosurwiryo DI/TII/NII, sehingga keduanya terpaksa hengkang dari Indonesia beberapa tahun yang lalu.
Gambar 29. Abubakar Ba’asyir dan Abdullah Sungkar melarikan diri dari tanah air.
Organisasi MMII ini memiliki sayap militer yang dinamai Laskar Mujahidin, organisasi yang kerap dikaitkan dengan kerusuhan di Poso Sulteng dan Maluku. Pimpinan MMI, Abu Bakar Ba’asyir menurut Surat Keputusan Komite Penanggulangan Krisis (KOMPAK) Dewan Dakwah Pusat No. 03/SK/KOMPAK/II/200, pernah diangkat menjadi Pembina KOMPAK Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) cabang Jawa Tengah dan DIY, bersama K.H Wahyudin (Direktur Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin Ngruki), (menurut situsnya sendiri, sempat aktif di tahun 2003, http://www.megaone.com/kompak/berita/utama.htm) dan diketuai Aris Munandar, Lc (Buron polisi, warga Boyolali). Imam Samudra (warga Banten, terkait bom Bali I) sang penulis buku “Aku Melawan Teroris” yang belakangan dibantah oleh Al Ustadz Luqman Ba’abduh dalam bukunya “Mereka Adalah Teroris”. Baik Imam, maupun Abu Bakar kita tahu sama-sama dalam jaringan Ngruki, serta sama-sama mendapatkan perhatian Tim Pengacara Muslim (TPM). Pembaca juga mengetahui – secara tidak langsung – adanya buku “Siapa Khawarij?Siapa Teroris?” karya Abduh Zulfidar Akaha, yang membantah – bantahan dari buku Imam Samudra- menunjukkan yang bersangkutan membela pemikiran Imam Samudra dkk. Disinilah letak keunikan DDII yang juga turut memfasilitasi acara bedah buku terbitan Pustaka Al Kautsar karya Abduh ZA, DDII tampak punya kepentingan terkait ulah jaringan Ngruki (Imam Samudra, Abu Bakar Baasyir cs) yang didukung langsung oleh pembesar MMI (Halawi Makmun, Fauzan Al-Anshari). Sementara kita tahu, rekan-rekan Abdullah Shalih Al Hadrami (pembicara dalam bedah buku di Malang) yakni Yazid Abdul Qadir Jawwas, Abdul Hakim Abdat, Abu Qatadah juga mendapat tempat di masjid DDII. Ada apakah gerangan?
Abdullah Shalih Al-Hadrami adalah penulis di majalah As Sunnah yang dikelola oleh Ahmas Faiz dkk, salah satu artikelnya di muat di majalah As Sunnah berjudul Empat Racun Hati yang menyoroti salah satu racun hati adalah banyak bergaul dengan sembarang orang, yakni di majalah As-Sunnah 09/VII/1421H hal 24 – 25. Paradoks memang, dimanakah kecemburuan Abdullah sehingga bisa berdampingan dengan Abduh Z.A dan Halawi Makmun yang mencaci-maki salafiyyin dan ulamanya ? Apakah kehadirannya ini bertujuan untuk meluruskan dan membantah berbagai syubhat dan tuduhan yang dilontarkan oleh Abduh dan Halawi? Simak transkrip acara bedah buku ini. Abdullah juga salah satu dai yang direkomendasikan oleh LBI Al Atsary dalam postingnya ke 454 judul PENGAJIAN AKBAR NASIONAL: Islam Rohmatan Lil ‘Alamin, juga direkomendasikan komunitas mereka di mailing listnya assunnah@yahoogroups.com pada pesan ke 10406, serta komunitas yang menamakan dirinya ‘Forsitek Unibraw’ dalam informasi Kajian Rutin di Kota Malang. Abdullah juga termasuk pembicara pada acara Pengajian Akbar Nasional “Indahnya Islam” bersama Abdul Hakim bin Amir Abdat, Agus Hasan Bashori Lc., M. Ag, pada tanggal 13/07/2006, sebagai penceramah yang mengusung judul “Pelecehan Terhadap Islam”. Cukuplah nama-nama di atas menunjukkan dimanakah “tempat duduknya”. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama Forsitek (Forum Studi Islam Teknik Elektro), Fortelis PWK (Forum Telaah Islam Perencanaan Wilayah Kota), Lembaga Bina Masyarakat (LBM) Malang serta Perpustakaan Masjid Raden Patah Unibraw. Sungguh sangat menyedihkan bahwa da’i yang menyerukan kepada umat agar menjauhi Empat Racun Hati ternyata di acara ini dia sendiri ‘meminum’ salah satu racun hati yang dia soroti ! Dan yang lebih menyayat hati, da’i ini juga berhasil merealisasikan apa yang telah diajarkannya dalam acara Nasional bertajuk Pelecehan Terhadap Islam!!
http://www.ilmusyari.com/2016/02/halabiyun-dan-jaringan-takfiri-baasyiri.html
BELAJAR MANHAJ SALAF (channel & whatsapp BMS)
Situs kami :